v5FccDc0nR3GALsLO2OtVYfSjeQ

Rabu, 01 Juni 2011

~T.SHIRT ANAK NEGERI~: ~TAN "Madilog" MALAKA~

~T.SHIRT ANAK NEGERI~: ~TAN "Madilog" MALAKA~: "~T*Shirt Anak Negeri~ Info detail, silakan kunjungi Facebook saya: Kaos ~TAN MALAKA: Madilog~ (RED) Info detail, silakan kunjungi Face..."

~T*Shirt Anak Negeri~

~TAN "Madilog" MALAKA~

~T*Shirt Anak Negeri~

 Info detail, silakan kunjungi Facebook saya:



 Info detail, silakan kunjungi Facebook saya:



BIOGRAFI TAN MALAKA
 ******************************************************************************************************
TAN MALAKA (1897-1949): Madilog dan Revolusi 
 

TAN MALAKA, GERILYAWAN REVOLUSIONER LEGENDARIS

Memiliki nama lengkap Ibrahim Datuk Tan Malaka —menurut keturunannya ia termasuk suku bangsa Minangkabau, Tan Malaka dilahirkan di Desa Pandang Gadang, Sumatra Barat, pada 2 Juni 1897.
Tan Malaka termasuk salah seorang tokoh bangsa yang sangat luarbiasa, bahkan dapat dikatakan sejajar dengan tokoh-tokoh nasional yang membawa bangsa Indonesia sampai saat kemerdekaan seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Mohammad Yamin, dan lain-lain. 
Pejuang yang militan, radikal dan revolusioner ini telah melahirkan banyak  pemikiran yang orisinal, berbobot dan brilian hingga berperan besar dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Perjuangannya yang sangat gigih demi meraih kemerdekaan negerinya memberinya julukan sebagai tokoh revolusioner yang legendaris. 
Sejak 1921, Tan Malaka telah terjun ke dalam gelanggang politik. Dengan semangat yang berkobar dari sebuah gubuk miskin, Tan Malaka banyak mengumpulkan pemuda-pemuda komunis. Pemuda cerdas ini banyak juga berdiskusi dengan Semaun (wakil ISDV saat itu) mengenai pergerakan revolusioner dalam pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu, ia  merencanakan suatu sistem pendidikan dan organisasi bagi para kader  dan anggota PKI dan SI (Syarikat Islam). Sistem pendidikan dan organisasi yg hendak  dibangun Tan Malaka adalah sistem yang bermuatan skil dan kemampuan teoritis serta praksis tentang  komunisme, gerakan-gerakan aksi massa, kecakapan berorasi, jurnalistik, serta keahlian memimpin organisasi. Pemerintahan Hindia Belanda melarang pembentukan dan penyelenggaraan kursus-kursus semacam itu disertai ancaman tegas kepada peserta kegiatan tersebut.

Melihat hal itu Tan Malaka mempunyai niat untukmendirikan sekolah-sekolah sebagai anak-anak anggota SI untukpenciptaan kader-kader baru. Juga dengan alasan pertama: memberi banyakjalan (kepada para murid) untuk mendapatkan mata pencaharian di duniakapitalis (berhitung, menulis, membaca, ilmu bumi, bahasa Belanda,Melayu, Jawa dan lain-lain); kedua,memberikan kebebasan kepada murid untuk mengikuti kegemaran (hobby)mereka dalam bentuk perkumpulan-perkumpulan; ketiga, untuk memperbaikinasib kaum kromo (lemah/miskin). Untuk mendirikan sekolah itu, ruangrapat SI Semarang diubah menjadi sekolah, dan sekolah itu bertumbuhsangat cepat hingga sekolah itu semakin lama semakin besar.
Perjuangan Tan Malaka tidaklah hanya sebataspada usaha mencerdaskan rakyat Indonesia pada saat itu, tapi juga padagerakan-gerakan dalam melawan ketidakadilan seperti yang dilakukan paraburuh terhadap pemerintahan Hindia Belanda lewat VSTP dan aksi-aksipemogokan, disertai selebaran-selebaran sebagai alat propaganda yangditujukan kepada rakyat agar rakyat dapat melihat adanya ketidakadilanyang diterima oleh kaum buruh.
Seperti dikatakan Tan Malaka pada apidatonya didepan para buruh "Semua gerakan buruh untuk mengeluarkan suatupemogokan umum sebagai pernyataan simpati, apabila nanti menglamikegagalan maka pegawai yang akan diberhentikan akan didorongnya untukberjuang dengan gigih dalam pergerakan revolusioner". Pergulatan TanMalaka dengan partai komunis di dunia sangatlah jelas. Ia tidak hanyamempunyai hak untuk memberi usul-usul dan dan mengadakan kritik tetapijuga hak untuk mengucapkan vetonya atas aksi-aksi yang dilakukan partaikomunis di daerah kerjanya. Tan Malaka juga harus mengadakan pengawasansupaya anggaran dasar, program dan taktik dari Komintern (KomunisInternasional) dan Profintern seperti yang telah ditentukan dikongres-kongres Moskow diikuti oleh kaum komunis dunia.
Dengan demikian tanggung-jawabnya sebagai wakilKomintern lebih berat dari keanggotaannya di PKI. Sebagai seorangpemimpin yang masih sangat muda ia meletakkan tanggung jawab yangsaangat berat pada pundaknya. Tan Malaka dan sebagiankawan-kawannyamemisahkan diri dan kemudian memutuskan hubungan denganPKI, Sardjono-Alimin-Musso. Pemberontakan 1926 yang direkayasa dariKeputusan Prambanan yang berakibat bunuh diri bagi perjuangan nasionalrakyat Indonesia melawan penjajah waktu itu.
Pemberontakan 1926 hanya merupakan gejolakkerusuhan dan keributan kecil di beberapa daerah di Indonesia. Makadengan mudah dalam waktu singkat pihak penjajah Belanda dapatmengakhirinya. Akibatnya ribuan pejuang politik ditangkap dan ditahan.Ada yang disiksa, ada yang dibunuh dan banyak yang dibuang ke BovenDigul Irian Jaya. Peristiwa ini dijadikan dalih oleh Belanda untukmenangkap, menahan dan membuang setiap orang yang melawan mereka,sekalipun bukan PKI. Maka perjaungan nasional mendapat pukulan yangsangat berat dan mengalami kemunduran besar serta lumpuh selamabertahun-tahun.
Tan Malaka yang berada di luar negeri pada waktuitu,berkumpul dengan beberapa temannya di Bangkok. Di ibukota Thailanditu, bersama Soebakat dan Djamaludddin Tamin, Juni 1927 Tan Malakamemproklamasikan berdirinya Partai Republik Indonesia (PARI). Dua tahunsebelumnya Tan Malaka telah menulis "Menuju Republik Indonesia". Ituditunjukkan kepada para pejuang intelektual di Indonesia dan di negeriBelanda. Terbitnya buku itu pertama kali di Kowloon, Cina, April 1925.Prof. Moh. Yamin sejarawan dan pakar hukum kenamaan kita, dalam karyatulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komentar: "Takubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik AmerikaSerikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkanPhilippina sebelum revolusi Philippina pecah...."
Ciri khas gagasan Tan Malaka adalah: (1)Dibentuk dengan cara berpikir ilmiah berdasarkan ilmu bukti, (2)Bersifat Indonesia sentris, (3) Futuristik dan (4) Mandiri, konsekwenserta konsisten. Tan Malaka menuangkan gagasan-gagasannya ke dalamsekitar 27 buku, brosur dan ratusan artikel di berbagai surat kabarterbitan Hindia Belanda. Karya besarnya "MADILOG" mengajak danmemperkenalkan kepada bangsa Indonesia cara berpikir ilmiah bukanberpikir secara kaji atau hafalan, bukan secara "Text book thinking",atau bukan dogmatis dan bukan doktriner. Madilog merupakan istilah barudalam cara berpikir, dengan menghubungkan ilmu bukti sertamengembangkan dengan jalan dan metode yang sesuai dengan akar dan uratkebudayaan Indonesia sebagai bagian dari kebudayaan dunia. Bukti adalahfakta dan fakta adalah lantainya ilmu bukti. Bagi filsafat, idealismeyang pokok dan pertama adalah budi (mind), kesatuan, pikiran danpenginderaan. Filsafat materialisme menganggap alam, benda dan realitanyata obyektif sekeliling sebagai yang ada, yang pokok dan yang pertama.
Bagi Madilog (Materialisme, Dialektika, Logika)yang pokok dan pertama adalah bukti, walau belum dapat diterangkansecara rasional dan logika tapi jika fakta sebagai landasan ilmu buktiitu ada secara konkrit, sekalipun ilmu pengetahuan secara rasionalbelum dapat enjelaskannya dan belum dapat menjawab apa, mengapa danbagaimana. Semua karya Tan Malaka danpermasalahannya dimulai denganIndonesia. Konkritnya rakyat Indonesia, situasi dan kondisi nusantaraserta kebudayaan, sejarah lalu diakhiri dengan bagaimana mengarahkanpemecahan masalahnya.
Cara tradisi nyata bangsa Indonesia dengan latarbelakang sejarahnya bukanlah cara berpikir yang "text book thinking"dan untuk mencapai Republik Indonesia sudah dicetuskan sejak tahun 1925lewat "Naar de Republiek Indonesia". Jika kita membaca karya-karya TanMalaka yang meliputi semua bidang kemasyarakatan, kenegaraan,politik,ekonomi, sosial, kebudayaan sampai kemiliteran("Gerpolek"-Gerilya-Politik dan Ekonomi, 1948), maka akankita temukan benang putih keilmiahan dan keIndonesiaan serta benangmerah kemandirian, sikap konsekwen dan konsisten yang direnda jelasdalam gagasan-gagasan serta perjuangan implementasinya.Peristiwa 3 Juli1946 yang didahului dengan penangkapan dan penahanan Tan Malaka bersamapimpinan Persatuan Perjuangan, di dalam penjara tanpa pernah diadiliselama dua setengah tahun.
Setelah meletus pemberontakan FDR/PKI di Madiun,September 1948 dengan pimpinan Musso dan Amir Syarifuddin, Tan Malakadikeluarkan begitu saja dari penjara akibat peristiwa itu. Di luar,setelah mengevaluasi situasi yang amat parah bagi republik Indonesiaakibat Perjanjian Linggarjati 1947 dan Renville 1948, yang merupakanbuah dari hasil diplomasi Syahrir dan Perdana Menteri AmirSyarifuddin,Tan Malaka merintis pembentukan Partai MURBA, 7 November 1948 diYogyakarta. Dan pada tahun 1949 tepatnya bulan Februari Tan Malakagugur, hilang tak tentu rimbanya, mati tak tentu kuburnyaditengah-tengah perjuangan "Gerilya Pembela Proklamasi" di Pethok,Kediri, Jawa Timur. Namun berdasarkan keputusan Presiden RI No. 53,yang ditandatangani Presiden Sukarno 28 Maret 1963 menetapkan bahwa TanMalaka adalah seorang pahlawan kemerdekaan Nasional.~Anak Negeri~

Tan Malaka, National Hero of Indonesia
Tan Malaka (1894 - February 21, 1949) was an Indonesian nationalist activist and communist leader. A staunch critic of both the colonial Dutch East Indies government and the republican Sukarno administration that governed the country after the Indonesian National Revolution, he was also frequently in conflict with the leadership of the Communist Party of Indonesia (PKI), Indonesia's primary radical political party in the 1920s and again in the 1940s.
A political outsider for most of his life, Tan Malaka spent a large part of his life in exile from Indonesia, and was constantly threatened with arrest by the Dutch authorities and their allies. Despite this apparent marginalization, however, he played a key intellectual role in linking the international communist movement to Southeast Asia's anti-colonial movements. He was declared a National Hero of Indonesia by the People's Consultative Assembly in 1963.

Biography 

A member of the Minangkabau ethnic group, Tan Malaka was born in Suliki, West Sumatra in 1894. His given name was Datuk Ibrahim gelar Sutan Malaka, but he was known both as a child and as an adult as Tan Malaka, an honorary name inherited from his mother's aristocratic background. (Source: Wikipedia-http://www.wikipedia.org/)


Video Koleksi Distro Anak Negeri

Tshirt Anak Negeri Slideshow: Anis’s trip to Jakarta was created with TripAdvisor TripWow!